JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Kesehatan, khususnya Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL), kembali mengingatkan masyarakat akan ancaman penyakit menular di saat musim banjir.
Melalui pesan eletroniknya kepada Kompas.com, Rabu, (4/4/2012), Direktur Jenderal PP dan PL Prof dr Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pihaknya juga mengingatkan kepada seluruh jajaran kesehatan di daerah dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen P2PL terkait masalah ketersediaan logistik, kesiapsiagaan tenaga atau personel, peningkatan surveilans untuk pemetaan daerah rawan, dan peningkatan koordinasi, baik lintas program maupun lintas sektor.
Selain itu, P2PL juga akan menyiagakan rapid response team di setiap tingkatan, untuk melakukan tindakan segera bila diketahui adanya ancaman potensial kemungkinan terjadinya peningkatan penyakit menular.
Tjandra memaparkan, ada beberapa penyakit menular yang harus diwaspadai masyarakat sehubungan dengan banjir dan langkah antisipasinya sebagai berikut:
1. Diare. Penyakit Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal hygiene). Pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi, potensi banjir meningkat. Pada saat banjir, sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal, akan ikut tercemar. Di samping itu, pada saat banjir biasanya akan terjadi pengungsian dengan fasilitas dan sarana serba terbatas, termasuk ketersediaan air bersih. Itu semua menjadi potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat.
Langkah antisipasi: masyarakat diingatkan untuk tetap waspada dan menghindari serangan penyakit diare dengan cara, pertama, membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan atau minum serta sehabis buang hajat. Kedua, membiasakan merebus air minum hingga mendidih setiap hari. Ketiga, menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal. Keempat,
hubungi segera petugas kesehatan terdekat bila ada gejala-gejala diare.
2. Demam berdarah. Pada saat musim hujan, biasanya akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti, yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah. Hal ini dikarenakan pada saat musim hujan, banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, dan tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan selama beberapa waktu. Genangan air itulah yang akhirnya menjadi tempat berkembang biak nyamuk tersebut. Dengan meningkatnya populasi nyamuk sebagai penular penyakit, risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat.
Langkah antisipasi: Masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif melalui gerakan 3 M, yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur, dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat. Selain itu, masyarakat diharapkan segera membawa anggota keluarganya ke sarana kesehatan bila ada yang sakit dengan gejala panas tinggi tanpa sebab yang jelas, disertai adanya tanda-tanda pendarahan.
3. Penyakit leptospirosis. Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui hewan atau binatang. Di Indonesia, hewan penular terutama adalah tikus, melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan, terutama saat banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia sehingga kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut. Seseorang yang memiliki luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi terinfeksi dan jatuh sakit.
Langkah antisipasi: Untuk menghindari timbulnya penyakit leptospirosis, masyarakat diimbau untuk melakukan langkah-langkah antisipasi sebagai berikut: Pertama, menekan populasi dan hindari adanya tikus yang berkeliaran di sekitar tempat tinggal, dengan selalu menjaga kebersihan. Kedua, hindari bermain air saat terjadi banjir, terutama bila memiliki luka. Ketiga, gunakan pelindung, misalnya sepatu, bila terpaksa harus masuk daerah banjir. Keempat, segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit punya gejala panas tiba-tiba, sakit kepala, dan menggigil.
4. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab ISPA dapat berupa bakteri, virus, dan berbagai mikroba lainnya. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam. Jika berat, maka dapat atau mungkin disertai sesak napas, nyeri dada, dan lain-lain.
Penanganannya: Istirahat; pengobatan simtomatis sesuai gejala, dan mungkin diperlukan pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab; meningkatkan daya tahan tubuh; dan mencegah penularan terhadap orang sekitar (misalnya dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan). Faktor berkumpulnya banyak orang—misalnya di tempat pengungsian korban banjir—juga berperan dalam penularan ISPA.
5. Penyakit kulit. Penyakit kulit dapat berupa infeksi, alergi, atau bentuk lain. Jika musim banjir datang, maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti juga pada ISPA, berkumpulnya banyak orang juga berperan dalam penularan infeksi kulit.
6. Penyakit saluran cerna lain, misalnya demam tifoid. Dalam hal ini, faktor kebersihan makanan memegang peranan penting.
7. Memburuknya penyakit kronis yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir yang terjadi selama berhari-hari.
Tjandra juga mengingatkan kembali agar masyarakat senantiasa menjaga perilaku hidup bersih sehat (PHBS), makan yang baik dan bersih, istirahat yang cukup, serta senantiasa melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Sebaiknya, lakukan CTPS ketika sebelum makan, sebelum mengolah makanan, setelah buang air besar, setelah menceboki anak, serta setelah berad a lingkungan yang kotor dan lingkungan hewan.
referensi : http://health.kompas.com/read/2012/04/05/044142/Waspadai.7.Penyakit.Menular.Ini.Saat.Banjir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar