CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 06 Mei 2013

TINGKAT KEMISKINAN




Indonesia dan problem kemiskinan
oleh : Abdul Ghopur
Jakarta - Pada mulanya adalah kemiskinan. Lalu pengangguran. Kemudian kekerasan dan kejahatan [crime]. Martin Luther King [1960] mengingatkan, “you are as strong as the weakestof the people.” Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar kalau mayoritas masyarakatnya masih miskin dan lemah. Maka untuk menjadi bangsa yang besar mayoritas masyarakatnya tidak boleh hidup dalam kemiskinan dan lemah.

Sesungguhnya kemiskinan bukanlah persoalan baru di negeri ini. Sekitar seabad sebelum kemerdekaan Pemerintah Kolonial Belanda mulai resah atas kemiskinan yang terjadi di Indonesia [Pulau Jawa]. Pada saat itu indikator kemiskinan hanya dilihat dari pertambahan penduduk yang pesat [Soejadmoko, 1980].       

Kini di Indonesia jerat kemiskinan itu makin akut. Jumlah kemiskinan di Indonesia pada Maret 2009 saja mencapai 32,53 juta atau 14,15 persen [www.bps.go.id]. Kemiskinan tidak hanya terjadi di perdesaan tapi juga di kota-kota besar seperti di Jakarta. Kemiskinan juga tidak semata-mata persoalan ekonomi melainkan kemiskinan kultural dan struktural.

Pertanyaannya seberapa parah sesungguhnya kemiskinan di Indonesia? Jawabannya mungkin sangat parah. Sebab, kemiskinan yang terjadi saat ini bersifat jadi sangat multidimensional. Hal tersebut bisa kita buktikan dan dicarikan jejaknya dari banyaknya kasus yang terjadi di seluruh pelosok negeri ini.

Hakikat Kemiskinan

Meski kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang setua peradaban manusia tetapi pemahaman kita terhadapnya dan upaya-upaya untuk mengentaskannya belum menunjukan hasil yang menggembirakan. Para pengamat ekonomi pada awalnya melihat masalah kemiskinan sebagai “sesuatu” yang hanya selalu dikaitkan dengan faktor-faktor ekonomi saja.

Hari Susanto [2006] mengatakan umumnya instrumen yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat tersebut miskin atau tidak bisa dipantau dengan memakai ukuran peningkatan pendapatan atau tingkat konsumsi seseorang atau sekelompok orang. Padahal hakikat kemiskinan dapat dilihat dari berbagai faktor. Apakah itu sosial-budaya, ekonomi, politik, maupun hukum.

Menurut Koerniatmanto Soetoprawiryo menyebut dalam Bahasa Latin ada istilah esse [to be] atau [martabat manusia] dan habere [to have] atau [harta atau kepemilikan]. Oleh sebagian besar orang persoalan kemiskinan lebih dipahami dalam konteks habere. Orang miskin adalah orang yang tidak menguasai dan memiliki sesuatu. Urusan kemiskinan urusan bersifat ekonomis semata.

Kondisi Umum Masyarakat

Mari kita cermati kondisi masyarakat dewasa ini. Banyak dari mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bahkan, hanya untuk mempertahankan hak-hak dasarnya serta bertahan hidup saja tidak mampu. Apalagi mengembangkan hidup yang terhormat dan bermartabat. Bapenas [2006] mendefinisikan hak-hak dasar sebagai terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik. Baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang membuat negeri ini semakin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Hal ini dapat kita buktikan dari tingginya tingkat putus sekolah dan buta huruf. Hingga 2006 saja jumlah penderita buta aksara di Jawa Barat misalnya mencapai jumlah 1.512.899. Dari jumlah itu 23 persen di antaranya berada dalam usia produktif antara 15-44 tahun. Belum lagi tingkat pengangguran yang meningkat “signifikan.” Jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 di Indonesia sebanyak 12,7 juta orang. Ditambah lagi kasus gizi buruk yang tinggi, kelaparan/busung lapar, dan terakhir, masyarakat yang makan “Nasi Aking.”

Di Nusa Tenggara Timur (NTT) 2000 kasus balita kekurangan gizi dan 206 anak di bawah lima tahun gizi buruk. Sedangkan di Bogor selama 2005 tercatat sebanyak 240 balita menderita gizi buruk dan 35 balita yang statusnya marasmus dan satu di antaranya positif busung lapar. Sementara di Jakarta Timur sebanyak 10.987 balita menderita kekurangan gizi. Dan, di Jakarta Utara menurut data Pembinaan Peran Serta Masyarakat Kesehatan Masyarakat [PPSM Kesmas] Jakut pada Desember 2005 kasus gizi buruk pada bayi sebanyak 1.079 kasus.

Dampak Kemiskinan

Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks. Pertama, pengangguran. Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.

Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.

Dalam konteks daya saing secara keseluruhan, belum membaiknya pembangunan manusia di Tanah Air, akan melemahkan kekuatan daya saing bangsa. Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global. Dalam konteks daya beli di tengah melemahnya daya beli masyarakat kenaikan harga beras akan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Razali Ritonga menyatakan perkiraan itu didasarkan atas kontribusi pangan yang cukup dominan terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir tiga perempatnya [74,99 persen].

Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan pemerintah yang terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan [growth]. Ketika terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia tahun 1997 silam misalnya banyak perusahaan yang melakukan perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab, tak mampu lagi membayar gaji karyawan akibat defisit anggaran perusahaan. Akibatnya jutaan orang terpaksa harus dirumahkan atau dengan kata lain meraka terpaksa di-PHK [Putus Hubungan Kerja].

Kedua, kekerasan. Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu [dengan cara mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.

Ketiga, pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.

Bagaimana seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk sekolah saja sudah sangat mencekik leher. Sementara anak-anak orang yang berduit bisa bersekolah di perguruan-perguruan tinggi mentereng dengan fasilitas lengkap. Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah melakukan “pemiskinan struktural” terhadap rakyatnya.

Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.

Keempat, kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.

Kelima, konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjektif.

Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah di Indonesia. Baik di perdesaan maupun perkotaan.

Musuh Utama Bangsa

Tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi musuh utama dari bangsa ini adalah kemiskinan. Sebab, kemiskinan telah menjadi kata yang menghantui negara-negra berkembang. Khususnya Indonesia. Mengapa demikian? Jawabannya karena selama ini pemerintah [tampak limbo] belum memiliki strategi dan kebijakan pengentasan kemiskinan yang jitu. Kebijakan pengentasan kemiskinan masih bersifat pro buget, belum pro poor. Sebab, dari setiap permasalahan seperti kemiskinan, pengangguran, dan kekerasan selalu diterapkan pola kebijakan yang sifatnya struktural dan pendekatan ekonomi [makro] semata.

Semua dihitung berdasarkan angka-angka atau statistik. Padahal kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus dilihat dari segi non-ekonomis atau non-statistik. Misalnya, pemberdayaan masyarakat miskin yang sifatnya “buttom-up intervention” dengan padat karya atau dengan memberikan pelatihan kewirauasahaan untuk menumbuhkan sikap dan mental wirausaha [enterpreneur].

Karena itu situasi di Indonesia sekarang jelas menunjukkan ada banyak orang terpuruk dalam kemiskinan bukan karena malas bekerja. Namun, karena struktur lingkungan [tidak memiliki kesempatan yang sama] dan kebijakan pemerintah tidak memungkinkan mereka bisa naik kelas atau melakukan mobilitas sosial secara vertikal.
 
Paradigma Pembangunan

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas kuncinya harus ada kebijakan dan strategi pembangunan yang komprehensif dan berkelanjutan jangka panjang. Pemerintah boleh saja mengejar pertumbuhan-ekonomi makro dan ramah pada pasar. Tetapi, juga harus ada pembelaan pada sektor riil agar berdampak luas pada perekonomian rakyat.

Ekonomi makro-mikro tidak bisa dipisahkan dan dianggap berdiri sendiri. Sebaliknya keduanya harus seimbang-berkelindan serta saling menyokong. Pendek kata harus ada simbiosis mutualisme di antara keduanya.

Perekonomian nasional dengan demikian menjadi sangat kokoh dan vital dalam usaha pemenuhan cita-cita tersebut. Perekonomian yang tujuan utamanya adalah pemerataan dan pertumbuhan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab, tanpa perekonomian nasional yang kuat dan memihak rakyat maka mustahil cita-cita tersebut dapat tercapai. Intinya tanpa pemaknaan yang subtansial dari kemerdekaan politik menjadi kemerdekaan ekonomi maka sia-sialah pembentukan sebuah negara. Mubazirlah sebuah pemerintahan. Oleh karenanya pentingnya menghapus kemiskinan sebagai prestasi pembangunan yang hakiki. [Dari berbagai sumber]. 

masalah utama yang dibicarakan:
dampak utama pada kemiskinan yaitu pengangguran, kekerasan, pendidikan dan kesehatan yang sangat berpengaruh…
solusinya:
pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masalah tersebut

Rabu, 03 April 2013

Kurs Dollar Dan Valuta Asing



Sat, 23 Mar 2013 22:40


Valuta Asing

Kurs Jual
Kurs Beli

american dollar rate
USD (US Dollar)

9,880.00
9,580.00

Singapore Dollar
SGD (Singapore Dollar)

7,835.65
7,735.65

Hongkong Dollar
HKD (Hongkong Dollar)

1,261.90
1,246.00

Japan Yen
JPY (Japan Yen)

105.29
101.20

EURO
EUR (Eropa Euro)

12,779.40
12,363.40

Denmark Krone
DKK (Krona Denmark)

1,726.05
1,655.45

Swedia Krone
SEK (Krona Swedia)

1,527.65
1,467.55

Swiss Franch
CHF (Swiss Franc)

10,475.10
10,124.10

British Poundsterling
GBP (Inggris Poundsterling)

15,031.65
14,517.65

Australian Dollar
AUD (Australian Dollar)

10,343.70
9,990.70

New Zealand Dollar
NZD (New Zealand Dollar)

8,261.15
7,952.15

Sumber :  http://www.seputarforex.com/data/kurs_dollar_rupiah/index.php?tgl=2013-03-24
SOAL
1. Tn. Ahmad ingin membeli 1 pc laptop merek Toshiba dengan harga US Dollar 520. Maka berapa Rupiah yang harus dibayar Tn. Ahmad?
Jawab:
US Dollar 520 x 9.880,00 = Rp. 5.137.600,00

2. Tn. Ahmad mendapat kiriman uang dari pamannya yang bekerja di Amerika Serikat sebesar US Dollar 500 dan kiriman kakaknya yang bekerja di Jepang sebesar 2500 Yen. Berapa  rupiah uang  yang akan diterima Nona Sabilla?
Jawab :
US Dollar 500   x  9.580,00 = Rp 4.790.000,00
10.000 Yen   x  101,20  = Rp 1.012.000,00
Jadi, Rp. 4.790.000,00 + Rp. 1.012.000,00 = Rp 5.802.000,00

3. Tn. Ahmad akan menukarkan uangnya ke bank sebesar Rp 15.000.000. berapa AUD yang diperoleh Tn. Ahmad?
Jawab :
Rp 15.000.000 /  10.343,70 =AUD  1.450,16

4.  Ketika berjalan – jalan ke new Zealand Tn. Ahmad membeli hadiah untuk pacarnya sebuah jam tangan seharga NZD 550. dan Tn. Ahmad pun mampir ke singapura untuk keperluan bisnis maka membelikan sepasang sepatu untuk pacarnya seharga SGD 600. Maka berapa rupiah yg diperlukan Tn. Ahmad untuk membelikan hadiah pacarnya?
Jawab:
NZD 550 x 8,261.15 = Rp. 4.543.632,5
SGD 600 x 7,835.65 = Rp. 4.701.390
Jadi Rp. 4.543.632,5 + Rp. 4.701.390 = Rp. 9.245.022,5

5. Tn. Ahmad ingin membuka cabang bisnisnya di Swedia dengan modal sekitar SEK 5.000 maka berapa Rupiah uang yang harus diambil dr tabungan Tn. Ahmad?
Jawab :
SEK 500.000  x 1,527.65 = Rp. 763.825.000
Jadi, tn Ahmad harus mengambil tabungan Rp. 763.825.000

6. Tn. Ahmad membuka tabungan dengan setoran awal HKD 5000. Berapa rupiah saldo tabungan Tn. Ahmad?
Jawab :
HKD 5000 x 1,261.90 = Rp. 6.309.500
Jadi, saldo tabungan Tn. Ahmad Rp. 6.309.500

7.  Tn. Ahmad ingin berlibur ke swiss, sebelumnya Tn. Ahmad membawa Rp. 50.000.000 ke money changer, berapa CHF yang Tn. Ahmad dapat?
Jawab:
Rp. 50.000.000 / 10,475.10 = CHF 4773,22
Jadi Tn. Ahmad mendapat CHF 4773,22

8. Tn. Ahmad mendapat keuntungan dari bisnisnya yang berada di Denmark sebesar DKK 9000. Berapa Rupiah keuntungan yng Tn. Ahmad dapat?
Jawab:
DKK 9000 x 1,726.05 = Rp. 15.534.450
Jadi keuntungan yang Tn. Ahmad dapat adalah sebesar Rp. 15.534.450

9. Tn. Ahmad membeli sebuah gitar dari Eropa seharga EUR 1000. Berapa rupiah uang yang harus Tn. Ahmad keluarkan?
Jawab :
EUR 1000 x 12,779.40 = Rp. 12.779.400
Jadi harga gitar tersebut adalah Rp. 12.779.400

10. Tn. Ahmad harus membayar gaji para karyawannya yang bekerja di Hongkong sebesar HKG 500.000 . berapa Rupiah uang yang harus dikeluarkan Tn. Ahma untuk membayar gaji karyawannya tersebut?
Jawab :
HKG 500.000 x 1,261.90 = Rp. 630.950.000
Jadi tn. Ahmad membayar gaji karyawan sebesar Rp. 630.950.000

Sabtu, 19 Januari 2013

Resep Masakan : Risoles Keju Mayonnaise

 
 


Adonan kulit Risoles:
100 gr tepung terigu
1 sdt garam
2 btr telur
350 ml susu cair
50 gr mentega, lelehkan
margarine untuk olesan

Cara membuat:
1. Ayak terigu, taruh dalam mangkuk bersama garam. Buat lubang ditengah, pecahkan telur di dalamnya, aduk satu arah hingga adonan menjadi rata
2. Tambahkan susu sedikit demi sedikit, aduk perlahan hingga adonan menjadi licindan halus tidak bergerindil.
3. Tambahkan susu hingga habis, masukkan mentega leleh, aduk rata.
4. Tutup adonan dengan plastik, diamkan 30 menit.
5. Olesi wajan dadar diameter 12 cm dengan margarine, panaskan.
Tuangi 1 sendok adonan, ratakan sambil diputar, 2-3 menit, angkat.

Bahan isi :
5 lbr Smoked beef, potong jangan terlalu kecil
150 gr keju cheddar parut
5 btr telur rebus, potong memanjang, jangan terlalu tipis

100gr Mayoneise yang sudah di campur dg 1 sdt susu kental manis
1 butir telur, kocok lepas.
250 gr tepung panir.
½ Kg minyak goreng

Cara membuat :
1. Bentangkan crepes, isi dengan potongan smoked beef, potongan telur rebus, keju parut & mayoneise.  lipat spt amplop. Sisihkan
2. Lakukan hingga crepes habis.
3. Celupkan crepes isi kedalam telur kocok, gulingkan dalam tepung panir.
4. Masukkan kedalam lemari pendingin kira-kira 1 jam.
5. Goreng hingga kuning.
6. Sajikan dengan saus pedas, atau cabe rawit.